Puisi Tentang Renjana

sumber gambar: www.google.com


Tentang Renjana
Oleh: Murtinah

Pantaskah..
Pantaskah ini disebut sebuah penantian
Saat renjana berganti air mata
Saat semua kelabu menyatu dalam isak ku tertedu

Ku tau.. kau tak lagi menghembuskan angin untukku
Cahaya yang biasa ku temui di antara jalan-jalan yang sepi,
Kini tak kilau walau seberkas lentera

Dulu, ku memandang lentera tetap bersinar walau mengarungi gerusan sang waktu, 
tetap berdiri diantara kupu-kupu yang layu 
dan tegar dalam cercaan dan gusaran petir lalu.

Namun ku dapati ia tak setegar petir, 
Tak setabah lentera dan tak sesabar sosok diantara kupu-kupu.

mungkin inilah jalannya. 
Keputusan dan konsekuensinya. 
karna Semua berhak memilih dan menentukan jalan.

Saat jalanmu dan dengannya tak lagi satu. 
Terseungkurlah pada kain yang menjulur. 
Sudi mohonlah walau dengan tetesan airmata. 
Di saat penghuni bumi tenggelam dalam tidurnya. 
Semoga Allah memilihkan jalan yang diridhoinya.


Tenang.. Hanya Seutas Puisi yang berderet diksi dalam balutan alur yang fiksi :)

Comments

Post a Comment