Praktik Umum Kehutanan Perum Perhutani Regional II Jawa Tengah (ThrowBack)
Mereka adalah keluarga bapak hotib^
Di sudut tanah jawa, rumah kecilnya berdiri. Di tengah di rimbunnya hutan pinus menyelimuti. Pada dinginnya hembusan angin malam. Kesunyianpun menghantarkan kedamaian. Hiruk pikuk kota sangat jauh hingga tak sedikitpun mengusik kedamaian.
Mereka adalah kehangatan ditengah dinginnya hutan pegunungan. Mereka adalah air dan susu yang tertuang. Ketulusannya melebihi sang mentari menghidupi dedaunan.
Aku dan kawan2ku adalah asing di negeri jawa ini. Dengan tangan hampa kaki kami melangkahkan raga. Mengosongkan gelas berharap penuh isi kala membalikan langkah. .
Kami hadir di tengah-tengah rukunnya keluarga kecil itu, mengisi sudut2 rumah yang sepi. Dan di saat mentari bersembunyi dibalik langit.. kami menciptakan lingkaran2 kehangatan di ruang tv. Kami bercengkrama dan mendekatkan denyut nadi bersama keluarga kecil bapak hotib. Senyum dan tawa menyatu layaknya keluarga kecil yang tumbuh membesar, ya.. karna menyatu bersama kami. Kami mendapatkan pelukan hangat layaknnya anak sendiri.
Ketulusan..
Keikhlasan..
Kesantunan..
Kedermawanan..
Menyertai hari-hari aku dan kawanku disana. Sempatku berfikir.. bagimana Allah mengutus malaikat dari puncak pegunungan. Pada hari-harinya yang dijaga daun-daun pinus itu.
Diakhir pertemuan.. pada garis perpisahan. Kami tak mampu membayar sejuta kebaikannya. Hanya senyum dan tawa mampu memecah sunyinya hamparan hutan pinus. Dan Menambah manisnya keluarga yang begitu seimbang dengan kereligiusannya. .
Kini..Ada satu alasan diantara ribuan alasan hadirnya rindu masa-masa itu. Dede naya.. anak kecil mungil nan menggemaskan. Ia adalah putri bapak hotib. Tawa dan tangis cengengnya selalu memantik rindu yang berjatuhan. Dia menjadi satu alasan aku rindu saat itu. Dan wajah ibu hotib yang sesekali hadir dalam lamunan rindu. Juga bapak hotib, langkah kaki tangguhnya selalu terpatri dalam sanubari.
Terimaksih bapak, ibu hotib dan dede naya. Kebaikan kalian selalu ku kenang, wajah-wajah kalian selalu ku rindu.
Biar saja angin akan menghantarkan raga pada waktu untuk kita bertemu memutus rindu kian bertumpu.
Sehat selalu.. bapak, ibu, dede naya.
Dari mba Murti
*Lampung, 30/03/2018
Comments
Post a Comment